Senin, 31 Januari 2011

Revolusi Mesir -1

Bismillahir Rahmaanir Rahiim

Selasa, 25 Februari 2011 merupakan tanggal bersejarah bagi warga Mesir. Pada hari itu ratusan ribu warga Mesir turun ke jalan untuk men
umpahkan amarah mereka terhadap rezim Hosni Mubarak yang sudah berkuasa selama 30 tahun. Walaupun sudah lewat satu minggu dari saat dimulainya aksi demonstrasi rakyat Mesir, dan rezim Hosni Mubarak masih berkuasa walaupun pondasinya telah terguncang hebat tapi semangat rakyat Mesir untuk menumbangkan rezim berkuasa tetap menggelora.

25 Januari 2011 dengan slogan يوم الغضب
atau hari amarah, ratusan ribu rakyat mesir turun ke jalan untuk pertama kalinya dengan skala yang sangat besar. Tidak hanya di Kairo, tapi juga di Alexandria, Suez, Mahalla, Ismailliya, Aswan dan kota - kota lainnya di seluruh mesir. Terisnpirasi oleh revolusi Yasmin di Tunisia yang berhasil menggulingkan rezim Zine Al Abidin Bin Ali, pihak oposisi Mesir mulai bergerak mengorganisasi protes dalam skala besar.

gerakan 25 Januari sangat mengejutkan banyak pihak, karena diorganisir oleh kelompok pemuda Mesir melalui jejaring facebook dan twitter. Di sisi lain pihak oposisi terbesar di Mesir,
Ikhwan al Muslimin tidak secara resmi memberikan dukungannya, walaupun banyak anggota Ikhwan al Muslimin yang ikut bergabung dalam aksi tersebut, terutama di Alexandria yang merupakan basis kekuatan Ikhwan al Muslimin.
Dalam aksi tersebut 3 demonstran dan 3 polisi tewas. Sebagian besar di Suez, kota industri di mulut terusan Suez. Sebagai reaksi dari kebrutalan polisi pada Jumat, 28 Januari 2011 kelompok - kelompok oposisi menyerukan rakyat Mesir untuk kembali turun ke jalan dalam
جمعة الغضب, setelah pelaksanaan Sholat Jumat.

Pada hari jumat itulah demonstrasi dalam jumlah luar biasa besar turun ke jalan - jalan setelah selesai sholat Jumat. di halaman - halaman puluhan bahkan ratusan Masjid di Mesir para jamaah dan demosntran berkumpul dan memulai aksi demonstrasi mereka. Di Alexandria demonstrasi dimulai di salah satu Masjid yang pada tahun lalu juga digunakan untuk tempat demonstrasi kelompok aktivis HAM dalam mengecam kebrutalan polisi yang menyiksa Khalid said.
Muhammad Bouazizi di Tunisia, Khalid Said di Mesir


Revolusi yasmin di Tunisia berawal saat Muhammad Bouazizi, se
orang pedagang sayur dan buah membakar dirinya sendiri sebagai bentuk protes atas perlakuan polisi. Sebelumnya Bouazizi yang harus menghidupi orang tua dan 6 saudaranya dengan berjualan buah dan sayur di tepi jalan mendapat perlakuan kasar dari polisi.

3 polisi wanita menyita gerobak Bouazizi dan mempermalukannya di depan umum dengan mencerca, meludahi hingga memukulinya. Diduga insiden tersebut terjadi karena Bouazizi tidak mampu menyuap ketiga polisi tersebut, sehingga membuat ketiganya marah. Bouazizi sebelumnya sudah berkali - kali berurusan dengan para polisi korup karena tidak mampu membayar suap.

Namun kali ini Bouazizi tidak tinggal diam, dia memprotes perlakuan polisi tersebut ke kantor gubernur Sidi Bouzid. Karena diabaikan Muhammad Bouazizi kemudian membakar dirinya di depan kantor gubernur Sidi Bouzid. Insiden tersebut membakar amarah warga Sidi Bouzid dan kemudian menjalar ke berbagai kota di Tunisia paska kematian Bouazizi. Sejak itulah Bouazizi menjadi inspirasi bagi warga Tunisia untuk tidak lagi tinggal diam atas kesewenang - wenangan rezim Zine Al Abidin Bin Ali.


Jika di Tunisa ada Muhammad B
ouazizi, di Mesir ada Khalid Said. Pemuda berusia 28 tahun yang tewas di siksa polisi di kawasan Sidi Gaber, Alexandria. Kebrutalan polisi yang memukuli Khalid Said saat berada di sebuah warnet tersebut membakar amarah banyak warga Mesir. Khalid Said sebelumnya secara tidak sengaja merekam 2 oknum polisi terlibat dalam transaksi narkotika, di duga hal tersebut yang memicupembunuhan terhadap Khalid Said.

Kebrutalan polisi tampak dari hancurnya tengkorak dan wajah Khalid Said. Penyiksaan yang terjadi di depan umum tersebut menunjukkan kesewenang - wenangan aparat polisi di Mesir. Sebelumnya kebrutalan polisi Mesir sudah terkenal namun tidak secara terbuka ditunjukkan. Paska insiden Khalid Said brutalitas polisi Mesir mulai mendapat perhatian luas, terutama setelah foto wajah Khalid Said yang hancur tersebar luas.

Jum'at Al Ghadhab (جمعة الغضب)


Jum'at 28 Januari 2011, demonstrasi lebih besar terjadi di berbagai penjuru Mesir. Setelah sholat Jumat ratusan ribu orang kembali turun ke jalan menuntut pengunduran diri Hosni Mubarak. slogan كفاية
(cukup) bergaung di Lapangan Tahrir, Masjid Al Azhar, dan Jembatan 6 Oktober di Kairo. Sementara di Alexandria Ikhwan al Muslimin secara aktif mengorganisasi aksi جمعة الغضب. Bermula dari Masjid - Masjid aksi di Alexandria bisa dikatakan lebih bernuansa Islamis dibanding aksi pada hari yang sama di Kairo, Suez, Mahalla, Ismailiyya dan kota - kota lainnya.

Di Suez demonstran meneriakkan slogan
silmiyyah, silmiyyah yang berartidemonstran ingin melakukan aksi damai. Suez sejak 25 Januari telah menjadi tak ubahnya medan tempur, dengan konfrontasi paling keras antara polisi dan demonstran terjadi di sana.

Di Sinai, kelompok Arab Badui tak ketinggalan ikut serta dalam usaha menggulingkan Hosni Mubarak, setelah sehari sebelumnya terjadi baku tembak antara polisi dan pemuda Badui di Syeikh Zoweid.

Aksi hari jumat menjadi
turning point bagi politik Mesir. Untuk pertama kalinya pondasi - pondasi kekuasaan rezim Hosni Mubarak goyah. kantor partai berkuasa di bakar di Kairo. beberapa kantor polisi di Alexandria dan Suez dibakar demonstran. dan polisi untuk pertama kalinya kalah dalam konfrontasi dengan demonstran.



dua video dari
al masry al youm menunjukkan gambaran aksi جمعة الغضب. video pertama menunjukkan konfrontasi antara demonstran dengan polisi di Jembatan Qasr Nil, ketika ratusan ribu demonstran dilarang melanjutkan aksi ke Lapangan Tahrir




Video kedua menunjukkan ribuan demonstran berhasil menduduki sebuah kantor polisi di Arba'in, Suez.



Demonstrasi hari jumat juga merupakan salah satu hari paling berdarah. pada malam hari aksi demonstrasi terus berlanjut, bahkan kantor pusat الحزب الوطني الديمقراطى (Partai Nasional Demokrat) berhasil dibakar demonstran anti Mubarak.


Paska bentrokan pada جمعة الغضب polisi Mesir tiba - tiba menghilang dari jalan - jalan. Sebagai gantinya segerombolan orang tak di kenal mulai melakukan perusakan fasilitas umum, menyerang penjara, bahkan menyerang pemukiman warga sipil. Hilangnya polisi dari tempat - tempat umum digantikan oleh tentara, namun tentara hanya menjaga beberapa obyek vital. Akibatnya warga Mesir harus bahu - membahu menjaga keamanan lingkungan masing - masing.

Lenyapnya polisi dari tempat - tempat umum oleh banyak penduduk Mesir dianggap sebagai taktik balas dendam yang dilancarkan Hosni Mubarak dan Menteri dalam Negeri Habib Al Adly terhadap rakyat Mesir. Cara ini dilakukan agar demonstran anti Mubarak mendapatkan antipati dari masyarakat umum karena digambarkan suka merusak fasilitas umum dan menjarah properti rakyat Mesir. Di samping itu cara tersebut di duga juga untuk "mengajarkan" rakyat Mesir bahwa keamanan yang selama ini ada di bawah kepemimpinan Hosni Mubarak akan hilang jika Hosni Mubarak turun dari jabatannya.

(Bersambung...)
www.english.aljazeera.net
www.almasryalyoum.com
www.arabist.net

sumber foto:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar