Rabu, 25 Juli 2012

Rakyat Indonesia Berhutang Solidaritas Kepada Rakyat Suriah

Mungkin banyak diantara kita yang tidak tahu betapa rakyat Indonesia banyak berhutang budi kepada rakyat Suriah. Mungkin banyak juga diantara kita yang lupa bahwa pada 21 Juli 1947 yang bertepatan juga pada saat Ramadhan Belanda melancarkan agresi militer pertamanya ke Indonesia yang baru saja merdeka. 

Saat itu ketika berita agresi militer Belanda tiba di Suriah, menurut Arab News Agency bahwa pemerintah dan rakyat Suriah segera mengecam tindakan Belanda ini. Bahkan dengan inisiatif rakyat, pada tiap ibadah sholat Jumat selama Ramadhan tahun itu, para khatib Jumat di masjid-masjid di Damaskus, Douma, Aleppo, Latakia, Homs dan Hama menyerukan rakyat Suriah untuk menggalang dana demi membantu perjuangan rakyat Indonesia yang saat itu "memberontak" melawan "pemerintahan Hindia yang sah" yang didukung oleh Kerajaan Belanda. 

Tidak hanya itu saja, kemudian kementerian Waqf Suriah menyerukan secara resmi agar doa qunut dibacakan setiap sholat fardhu di setiap masjid di penjuru Suriah untuk mendoakan kehancuran bagi Belanda dan kemenangan bagi rakyat Indonesia. Tiap selesai sholat Jumat warga Suriah selain mengumpulkan dana juga kemudian menyelenggarakan sholat ghoib untuk para syuhada di Indonesia. 

Dana yang dikumpulkan di tiap-tiap Masjid tersebut kemudian disalurkan melalui perwakilan Indonesia di Suriah untuk kemudian dibelikan obat-obatan, pakaian maupun persenjataan untuk mendukung perang gerilya yang dilancarkan rakyat Indonesia. 

Pada 6 September 1947 Bulan Sabit Merah Mesir bersama dengan Bulan Sabit Merah Suriah mengirimkan misi kemanusiaan yang terdiri dari 3 dokter. Bulan Sabit Merah Mesir dan Bulan Sabit Merah Suriah juga mengirimkan bantuan berupa 2 ton obat-obatan serta beberapa ton pakaian. Misi kemanusiaan Mesir-Suriah ini bertugas di Bukittinggi Sumatera Barat selama 4 bulan, di tengah-tengah gempuran militer Belanda terhadap rakyat Indonesia. 

Tidak berhenti sampai situ saja, ketika pada 19 Desember 1948 Belanda kembali melancarkan agresi militernya yang kedua, bahkan hingga berhasil merebut ibukota Yogyakarta, Rakyat Suriah adalah yang pertama kali mengecam dan menyeru untuk membantu saudara-saudaranya di Indonesia. ketika negara-negara lain bimbang mengenai status Indonesia yang saat itu tampak "berhasil dikalahkan" Belanda, Rakyat Suriah justru berdemo menuntut pemerintah Suriah untuk menutup bandara-bandara di Damaskus dan Di Aleppo agar tidak digunakan pesawat-pesawat Belanda untuk transit dalam perjalanan mengangkut amunisi dan tentara menuju Indonesia. 

Mendengar kabar penderitaan rakyat Indonesia, kembali para Imam masjid di seluruh Suriah membacakan qunut nazilah. Setiap sholat jumat para khotib juga kembali menyeru rakyat Suriah untuk menggalang dana untuk membeantu perjuangan rakyat Indonesia, dan kemudian melakukan sholat ghoib setelah selesai sholat jumat. 

22 Maret 1949 akibat tekanan rakyat Suriah, pada akhirnya pemerintah Suriah secara resmi memutus kerjasama dengan KLM (maskapai penerbangan Belanda) dan melarang seluruh pesawat Belanda, baik sipil maupun militer untuk transit diseluruh bandara di Suriah. tindakan yang sama juga dilakukan oleh Pemerintah Iraq. 

Rakyat Indonesia dan rakyat Suriah terikat oleh sejarah solidaritas tersebut. sekarang saat rakyat Suriah memperjuangkan kebebasannya, adalah saat yang tepat bagi kita rakyat Indonesia untuk membalas kebaikan rakyat Suriah. Jangan sampai kita seperti kata pepatah kacang lupa kulitnya. ketika kita dalam keadaan susah, kita mengemis meminta solidaritas rakyat Suriah, namun ketika rakyat Suriah kesusahan kita enggan menunjukkan solidaritas kita. 

Bukankah kita terkenal sejak beratus tahun yang lalu sebagai bangsa yang beradab dan tak pernah melupakan jasa siapapun yang berbuat baik kepada kita, mari kita mencontoh sikap Bung Hatta. 

Bung Hatta seusai menghadiri KMB di Den Haag Belanda, ketika transit di Kairo mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada rakyat Mesir, Suriah, Iraq dan segenap anggota Liga Arab atas dukungan semenjak proklamasi. Sokongan negara-negara Arab yang tiada henti-hentinya terhadap perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kedaulatannya -yang telah juga diakui secara de facto dan de jure oleh negara-negara Arab sebelum satupun negara di dunia ini mengakuinya- telah membantu bangsa Indonesia dalam mempertahankan kedaulatannya dari agresi Belanda 

Oleh karena itu, dari Yogyakarta, Ibukota revolusi ayo kita serukan dan semarakkan semangat Solidaritas Suriah, sebagaimana dulu ketika Yogyakarta digempur Belanda, Damaskus semarak akan solidaritas untuk Indonesia. 

Sumber: M. Zein Hassan Lc. Lt. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri: Perjoangan Pemuda/Mahasiswa Indonesia di Timur Tengah. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar